INFOKU - Sebuah desa yang bernama Janjang, terletak di Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, berkisah tentang dua pangeran dari Kesultanan Pajang, yaitu Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara.
Mereka melakukan pengembaraan untuk menyebarkan agama Islam dan mencari
pusaka Kesultanan yang hilang.
Dalam pengembaraannya, kedua pangeran sampai di sebuah tempat
yang tinggi.
Dari tempat itu, mereka dapat melihat dengan jelas
sekelilingnya.
Oleh karena itu, tempat tersebut dinamakan Janjang (yang berarti jelas) dan kemudian menjadi nama desa tersebut.
Baca juga : Fakta ..... Misteri Hutan Blora dan Faktanya yang Bikin Ketakutan
Pada awal Kisahnya kedua pangeran ditugaskan oleh Sultan Pajang untuk mencari
pusaka yang hilang.
Mereka melakukan perjalanan berat dan penuh rintangan,
bahkan sampai menggunakan jari tangan sebagai "tongkat" untuk
menopang langkah.
Pangeran Jati Kusuma dan Jati Kuswara dikenal memiliki
kesaktian dan menyebarkan ilmu yang mereka miliki kepada masyarakat.
Mereka juga mengajarkan nilai-nilai agama Islam.
Cerita Mitos
Lurah
Desa Janjang kala itu, Ngasi, bercerita bahwa memang tidak ada cerita valid
mengenai Makam Janjang yang dianggap bertuah.
Hanya ada mitos yang diyakini dan dipercaya dari mulut ke mulut hingga mengundang wisatawan dari berbagai daerah.
“Untuk cerita Makam Janjang, validnya memang nggak ada.
Makamnya ada tiga, dua kakak beradik. Jati Kusuma berpakaian bak pengemis atau
seperti orang gila sampai di Bleboh ada seorang putri melihatnya jelek
sekali," kata Ngasi.
“Suatu ketika turun dari kuda dan memakai pakaian bagus
terlihat tampan, lalu Putri Bleboh melihat dari belakang dan ingin
menjadikannya suami. Tapi nggak diterima," lanjutnya.
Baca juga : Mitos di Seputar Jipang Yang Saat ini Masih Dipercaya
“Putri
Bleboh sampai meninggal ada di pesarean tadi. Punden atau makamnya di situ. Dua
jadi satu dan yang satu di sebelah kiri, yang dari Bleboh tadi," Ngasi
menjelaskan.
Sehingga
Mucul mitos yang melarang pemuda Desa
Janjang untuk menikah dengan gadis dari Desa Bleboh.
Jika larangan ini dilanggar, dipercaya akan
mendatangkan musibah.
Maka
di Punden Janjang adalah area makam Pangeran Jati Kusuma
dan Pangeran Jati Kuswara.
Di sekitar makam juga terdapat makam Nyi Rondo Kuning, sebuah guci berisi
air yang dianggap membawa berkah, batu pasujudan, dan bangsal yang digunakan
untuk pertunjukan Wayang Krucil.
Baca juga : Misteri Harta Karun Suku “Wong Kalang” di Blora Masih Menjanjikan
Makam ini menjadi tempat ziarah dan pusat kegiatan ritual, termasuk upacara
Manganan Janjang.
Sebagaimana
diketahui kedua orang pangeran terebut, Pangeran Jati Kusuma dan Jati Swara yang disebut eyang
oleh masyarakat Janjang saat ini, konon memiliki kesaktian yang tinggi.
Walaupun begitu keduanya tetap terus meningkatkan ilmunya dengan cara
masing-masing.
Oleh
karena kesaktian dan ilmu lain yang disebarkan kepada masyarakat sekitar maka
walaupun keduanya telah meninggal masyarakat tetap hormat kepada kedua pangeran
tersebut.
Bentuk
penghormatan kepada mereka berdua dilakukan masyarakat denggelar acara Manganan
Janjang atau sedekah bumi di atas. Kegiatan tersebut sampai sekarang masih
terus dilakukan oleh warga Janjang dan banyak masyarakat sekitar yang ikut
dalam acara itu.
Baca juga : Misteri Rumah Dinas Wakil Bupati Blora
Tradisi
Manganan Janjang
Untuk menghormati kedua pangeran, masyarakat Desa Janjang rutin menggelar upacara Manganan Janjang atau sedekah bumi setelah panen raya. Upacara ini juga dikenal dengan nama tradisi Sedekah Bumi.
Ada kepercayaan bahwa hasil bumi yang dibagikan dalam Manganan Janjang memiliki makna tertentu. Misalnya, jika nasi yang dibagikan kurang, itu bisa menjadi pertanda akan datangnya musim paceklik. (Roes/ Diolah dari berbagai sumber)
0 Comments
Post a Comment