INFOKU - Konon
seperti bangsa manusia, bangsa jin pun memiliki istana tempat bersemayamnya
sang raja.
Kemegahan kerajaan bangsa jin jauh lebih luar biasa. Salah satu kerajaan jin yang sangat megah terletak di sebuah areal hutan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kedungjambu.
Lokasi tepatnya adalah di areal
petak 109 Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Jatisoma dan satu petak yang
berhimpitan yakni petak 104 RPH Kedungjambu yang di dalam legenda Begede
Bengkal, petak ini termasuk wilayah Bengkal.
Kerajaan jin tersebut menghadap
ke Selatan, dengan halaman istana sedemikian luasnya, kira-kira sampai menuju
jalan desa Pilangbango.
Sedangkan luas alun-alunnya mulai dari sebelah selatan jalan menuju Desa Pilangbango sampai jurusan Cepu. Taman kaputrennya sendiri berada mulai jalan jurusan Cepu sampai lorong sebelah selatan masjid Al Mutaqim ke timur.
Baca juga : Misteri Dua Anjing Gaib Sering Goda Pejalan Kaki
Sebelah Barat kerajaan ini
berbatasan dengan jalan raya menuju jurusan Blora, sampai sebelah barat petak
109 RPH Jatisoma.
Sebelah Timur mulai daerah
Bengkal ke Selatan, Dukuh Plosokulon, terus ke Selatan sampai perumahan
Perhutani sebelah timur Mess.
Raja jin mempunyai anak seorang
putri cantik yang akrab disapa Nimas Rondokuning.
Raut muka, postur tubuh dan
senyumnya hampir mirip dengan bintang film terkenal Tamara Bleszynski.
Perbedaannya hanya pada busana yang dikenakannya.
Nimas Rondokuning memakai
pakaian adat keraton Jawa.
Mirip busana putri kedaton
jaman dulu. Sikapnya anggun dan tidak suka kepada lelaki yang tidak punya etika
dalam memperlakukan wanita.
Baca juga : Misteri Rumah Dinas Wakil Bupati Blora
Hal tersebut erat kaitannya
dengan pengalaman hidupnya yang pernah dikecewakan oleh lelaki calon suaminya.
Watak menunjukan wajah asli Jin
Pernah suatu ketika ada seorang
pangeran dari bangsa jin daerah tetangga yang jatuh hati padanya.
Selagi dia menghadap ayah sang
putri yang merupakan raja jin penguasa wilayah tersebut, sikapnya tampak alim,
seolah menjaga setiap gerak-gerik yang dilakukannya.
Namun begitu bertemu muka
dengan sang putri yang cantik jelita, saat itu muncul sifat aslinya, yaitu
sifat yang berangasan, tak punya sopan santun pada seorang wanita.
Seperti garis nasib di alam
jin, bila timbul pikiran buruk yang tidak senonoh hingga libido bergejolak,
saat itu pula wajah lelaki jin berubah menjadi wajah bajul (buaya).
Watak yang buruk bisa mengubah
wajah dan postur tubuhnya dalam sekejap.
Lain halnya dengan bangsa
manusia, walaupun jahat namun bilamana berwajah tampan, bagi orang yang belum
cukup pengetahuan, tidak akan mengerti watak jahat orang tersebut sebelum
ketahuan perbuatan jahatnya.
Baca juga : Mobil Dinas Bappeda Sering Dipakai Main Hantu Cantik dan Bayinya
Bentuk fisik bangsa jin yang
baik hati dan yang jahat sangat berbeda.
Yang baik budi kelakuannya
biasanya berwajah tampan dan cantik, bahkan melebihi manusia.
Tetapi golongan yang jahat
wajahnya bisa seperti buaya, kepalanya bisa bertanduk, berekor, berkaki kuda
dan hanya bercawat (celana dalam).
Melihat dirinya diperlakukan
dengan sangat kasar, tanpa mempedulikan tata cara dan adat keraton, sang putri
langsung marah besar.
Semua barang lamaran yang telah
diterima dari pihak calon temanten lelaki berupa barang perhiasan emas dan
berlian dibuang jauh-jauh ke segala penjuru, bahkan terlempar jauh keluar areal
keraton.
Sampai saat ini, Kadangkala
sering warga setempat menemukan beberapa perhiasan yang sudah tidak utuh lagi.
Baik di areal persawahan ataupun di areal hutan.
Walau Nimas Rondokuning belum
sampai ke jenjang perkawinan, tetapi karena barang lamaran sudah terlanjur
diterima oleh keluarga pihak pengantin putri, detik itu sang putri yang masih
perawan dianggap sudah menyandang status janda.
Gemar
Berkelana
Di waktu-waktu tertentu sang
putri kedaton sering melakukan perjalanan.
Ke manapun sang putri pergi
selalu dikawal oleh inang pengasuhnya yang juga berpredikat sebagai prajurit
wanita.
Rute yang sering dilewatinya
setelah keluar dari pintu keraton adalah menuju ke arah Timur, menerobos Dukuh
Pilangbango, ke selatan Dukuh Plosokulon, ke selatan sampai jalan jurusan Cepu
belok ke kanan.
Sesampainya depan Tempat
Penimbunan Kayu (TPK) I belok ke Selatan menerobos perumahan penduduk sebelah
Timur kantor Asperan BKPH Kedungjambu dan berakhir di sebelah timur lapangan
Mess.
Di saat bulan sabit, Nimas
Rondokuning beserta inang-inang pengasuhnya bercengkerama di bangunan bekas
gudang bangunan lama.
Di sini para inang pengasuh
beristirahat. Sedangkan Nimas Rondokuning beristirahat di sebuah kamar mess
Perhutani paling Timur menghadap ke Selatan yang berdempetan dengan garasi.
Biasanya dia bersolek mematut
diri di depan kaca kamar itu agak lama.
Setelah waktu istirahatnya
dianggap cukup, dia lalu memanggil para inang pengasuh untuk meneruskan
perjalanannya.
Keluar dari mess Perhutani,
Nimas Rondokuning menuju ke arah Barat.
Sesampainya di sebelah timur
Stasiun Kereta Api, terus ke utara. Nimas Rondokuning singgah di beberapa
kantor bangunan.
Kemudian perjalanan diteruskan
ke arah Barat sampai di kantor Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
Randublatung.
Dia singgah sejenak. Biasanya
dirinya dan para inang berkumpul di ruang sidang, di ruang kerja Administratur
dan ruang kerja Kepala Tata Usaha.
Perjalanan diteruskan di kantor
Ajun Penggergajian Mesin (PGM), terus menuju bangsal penggergajian.
Di sini dia agak lama untuk
bertemu dengan para prajurit yang menjaga Taman Sari, yang biasanya setiap tanggal
1 Suro atau Muharram selalu diadakan upacara selamatan di bangsal PGM.
Dari situ, perjalanan
dilanjutkan menuju ke ruang kantor TPK Randublatung I lama yang terletak di
bagian utara.
Baca juga : “Ajisaka” Misteri Lumpur Kasongo antara Mitos & Cerita Sejarah
Di situ Nimas Rondokuning
melakukan peninjauan kilat.
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke arah timur laut langsung menerobos Dukuh Pilangbango. Lalu menuju ke barat dan masuk kembali ke pintu istana.
Dalam perjalanan bersama para inangnya, Nimas Rondokuning tidak menganggu siapapun, selama bangsa manusia tidak melakukan perbuatan yang menjijikkan yaitu perbuatan mesum. (Roes/ diolah dari berbagai sumber)
0 Comments
Post a Comment