1.142 Pemeriksaan Swab Test Dilakukan Dinkes Blora


INFOKU, BLORA - Dinas Kesehatan Kabupaten Blora menyampaikan bahwa jumlah kumulasi pemeriksaan swab test yang sudah dilakukan sebanyak 1.142 atau sekitar 37,85% dari total target yang harus dilakukan sebagai indikator surveilans epidemiologi.
Plt Kepala Dinkes Blora, Lilik Hernanto dalam jumpa pers di posko Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-19 Kabupaten Blora mengatakan idealnya adalah setiap 100.000 penduduk kita melakukan swab test sebanyak 350.
“Jadi target kita lebih kurang 3.017,” jelas Lilik Herananto, Kamis (30/7/2020).
Sementara itu swab test dalam tiga hari terakhir dan sudah keluar hasilnya sebanyak 22 set. Ada penambahan 4 kasus positif Covid-19.
“Atau saya tambahkan bahwa secara  Positivity Rate Covid-19 dari jumlah swab test yang kita periksa dengan yang positif masih lebih dari 5%. Ini menunjukkan indikator bahwa, penularannya masih sangat tinggi. Idealnya memang di bawah 5 %,” katanya.

Menurutnya itu masih di bawah 15% sehingga menunjukkan penularan masih cukup tinggi.
Namun, kita  perlu bersyukur bahwa dengan adanya revisi kelima dari Kemenkes, bahwa diagnosa sembuh yaitu termasuk konfirmasi tanpa gejala dinyatakan sembuh kalau sudah selesai isolasi  dengan tanpa gejala 10 hari, maka boleh dilepas dan dinyatakan sembuh.
Sampai hari ini sudah di angka 56,33% dari semua jumlah kasus yang ada. Tetapi kita juga perlu prihatin bahwa angka yang meninggal sampai saat ini ada 9 orang.
Kalau kita bagi dengan jumlah semua kasus, lanjut Lilik, angka kematian masih cukup tinggi, yaitu 6,34%.
“Ini yang juga menjadi keprihatinan. Blora ini termasuk dari salah satu 10 kabupaten di angka tertinggi kematiannya di Jawa Tengah,” kata Lilik Hernanto.
Dijelaksan lebih lanjut, untuk saat ini dari 53 kasus yang masih dirawat baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri,  wilayah penyebarannya tertinggi adalah di Kecamatan Tunjungan.
“Di Tunjungan ada 10 kasus. Dua orang dirawat di klinik dan delapan lainnya isolasi mandiri," jelasnya.
Kemudian yang kedua adalah kecamatan Jepon, ada enam orang yang semuanya dirawat di klinik. Yang ketiga adalah kecamatan  Cepu ada 6 orang yang semunya isolasi mandiri. Berikutnya kecamatan Jiken ada 5, dirawat di klinik dua dan tiga orang isolasi mandiri.
Selanjutnya kecamatan Randublatung ada lima orang. Kecamatan Kunduran ada lima orang. “Ini adalah kecamatan yang menempati tertinggi dari 53 kasus tersebut,” terangnya.
Menurut Lilik, berdasarkan data dan fakta epidemiologi dalam 14 hari terakhir, kabupaten Blora masih dalam risiko rendah.
Masih zona hijau. Tetapi kalau kita perkecil antar kecamatan, yang zona orange ada dua kecamatan yaitu kecamatan Blora dan Jiken, sehingga zona ini masih berisiko sedang dibandingkan dengan 14 kecamatan lainnya.
Zonasi itu akan bisa berubah sewaktu-waktu tergantung dari semua jumlah kegiatan yang kita lakukan. 
Semakin banyaknya kasus yang ditemukan, tambahnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi.
“Yang pertama, memang kita cari. Ini yang memang kita lakukan, seperti yang sudah saya sampaikan kita punya 3T yaitu Testing, Tracing dan Treatment,” ucapnya.
Testing adalah kita mencari orang sebanyak-banyaknya yang berisiko, untuk dilakukan test apakah ada virus Covid-19 atau tidak, bisa melalui rapid test atau swab test PCR.
Tetapi untuk saat ini rapid sudah tidak direkomendasi, hanya pada kondisi-kondisi darurat, karena keakuratannya untuk diagnostik sudah tidak dipakai.
Hanya dipakai untuk kegawatdaruratan saja. “Kalau untuk diagnostik, tetap dilakukan melalui swab test PCR,” jelasnya.
Kemudian, yang kedua dilakukan tracing. Artinya, kalau ada kasus tetu saja akan dicari, ditelusuri, kontak dengan siapa saja, dimana saja pernah bertemu dengan penderita yang positif Covid-19.
“Tracing dilakukan untuk mencegah penularan baru. Jadi testing dan tracing dilakukan sebanyak-banyaknya, sumbernya darimana,” ungkapnya.
Berikutnya Treatment, kalau sudah ketemu, sudah konfirmasi, apakah ada gejala atau tidak sehingga bisa ditentukan apakah pelu perwatan di rumah sakit atau cukup di isolasi mandiri di rumah.
Lilik mengatakan, kita tidak bisa mengklaim, kita masih aman, kita masih hijau, kalau belum melakukan testing dan tracing.
“Itupun secara epidemiologi hanya fenomena gunung es, yang terlihat di permukaan. Kita harus mencari sebanyak-banyaknya melalui testing dan tracing untuk memotret yang sebenarnya, penularannya sejauh mana,” tambahnya.
Yang kedua, menurut Lilik, sebagaimana disampaikan oleh Sekda Blora, bahwa belum ada kepatuhan dari warga masyarakat patuh protokol kesehatan, masih ada yang tidak pakai masker, tidak menjaga jarak, menghindari kerumunan.
“Masih banyak yang belum dipatuhi. Bahkan dianggap Covid-19 sudah biasa, sudah tidak ada lagi. Hati-hati dengan situasi seperti ini, saya minta tetap patuh protokol kesehatan,” tuturnya. (Setyorini/TGH).