Tanam Padi MT-1


Gerakan Tanam Padi MT-1 Dicanangkan
INFOKU, BLORA - Petani di wilayah Kecamatan Kedungtuban, Cepu, Kradenan, dan sebagian Randublatung Kabupaten Blora, Jawa Tengah melakukan Gerakan Tanam Padi di musim tanam pertama (MT-1) periode 2019-2020.

Gerakan Tanam Padi di antaranya dilaksanakan oleh petani Desa Ketuwan, Kecamatan Kedungtuban bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, Rabu (30/10/2019).

Acara dihadiri oleh Wakil Bupati H. Arief Rohman, bersama Direktur Perlindungan Tanaman Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) RI, Edy Purnawan. 

Mereka turun langsung ke sawah, tanpa alas kaki, melakukan penanaman padi secara manual bersama Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Forkopimcam Kedungtuban, Kades dan para petani. 

Usai penanaman padi, dilanjutkan dialog bersama dengan para petani dan penyuluh di Balaidesa Ketuwan dengan moderator Asisten Sekda Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Suryanto. Aneka permasalahan yang dihadapi petani disampaikan dan dicarikan solusinya bersama-sama.

“Alhamdulillah meskipun hujan belum turun, namun para petani kita yang ada di Kedungtuban, Cepu, Kradenan dan sebagian Randublatung sudah memulai musim tanam dengan memanfaatkan ketersediaan sumur air dalam. Wilayah ini memang menjadi lumbung padinya Blora. Dalam setahun bisa panen hingga tiga kali,” ucap Wakil Bupati.


Mewakili Bupati Blora Djoko Nugroho, diucapkan terimakasih kepada Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Edy Purnawan yang telah bersedia pulang kampung guna memberikan arahan, motivasi dan mengupayakan bantuan untuk kemajuan pertanian di Kabupaten Blora.

“Beliau ini senior saya, sama-sama alumni SMAN 1 Blora. Saya angkatan 98, beliau angkatan 89,” lanjut Wakil Bupati. 
Pihaknya berharap ada program program dari Kementerian Pertanian yang bisa dialokasikan ke Blora. Sehingga sektor pertanian di Kabupaten Blora bisa terbangun lebih baik lagi, utamanya dalam hal pemenuhan pupuk, pengadaan benih, bantuan alsintan dan sumur bor untuk pengairan.

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Edy Purnawan SP, menyampaikan bahwa pihaknya salut dengan kegigihan petani di Kabupaten Blora yang dikenal produktif meskipun sebagian besar lahannya kering.

“Berkat Wabup ini, saya bisa pulang kampung. Rasanya malu jika saya kerja di Kementerian Pertanian namun belum bisa ikut membangun sektor pertanian di daerah asal,” ujarnya. 

Di Jakarta, lanjutnya, ketika rapat pimpinan selalu disampaikan bahwa petani Blora dikenal pekerja keras. Dengan lahan kering masih bisa menghasilkan komoditas padi, jagung, hingga kedelai. Bahkan padinya surplus.
Menurutnya, petani bisa menanam padi di musim kemarau seperti ini merupakan hal baik. Ketika banyak daerah sawah tadah hujan belum bisa tanam, disini sudah bisa tanam sehingga pihaknya ingin agar kualitas tanaman dan perawatannya bisa maksimal. 

“Sedangkan untuk kawasan yang kering dan minim air, akan kita tawarkan padi gogo dengan sistem intermiten yang hanya memerlukan air sedikit atau macak-macak. Selain padi gogo, harapan kita bisa jagung,” ujarnya.
Kalau ada potensi kedelai, siap bantu benihnya, sedangkan jika ada sumber air, siap bantu pompa untuk dialirkan ke areal persawahan. 
“Jika yang terburuk saat kekeringan terjadi gagal panen atau puso, maka bisa difasilitasi dengan asuransi usaha petani padi, atau mengajukan bantuan benih ke pemerintah agar bisa menanam lagi,” terangnya.
Dirinya menegaskan bahwa Kementerian Pertanian memiliki dua tugas besar, yakni memberikan kepastikan kecukupan pangan untuk seluruh warga Indonesia, dan yang kedua mensejahterakan petani.
“Ketercukupan pangan, pasti bisa diatasi karena banyak lumbung padi yang surplus beras. Tinggal diatur pola distribusinya,” katanya . 
Yang masih ingin dipecahkan itu bagaimana caranya agar saat musim panen raya, harga tidak jatuh sehingga petani bisa tersenyum. 
“Ini yang sedang kita cari formulanya,”tandasnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Blora, Reni Miharti menyampaikan bahwa target luas tanam padi Kabupaten Blora dalam satu tahun seluas 110 ribu hektare.

“Untuk tahun ini, hingga akhir September 2019 sudah mencapai 110 ribu hektare. Biasanya oleh Kementerian Pertanian dinaikkan sedikit targetnya, namun karena lahannya ini tidak bertambah maka naik turunnya ya sekitar angka itu. Namun alhamdulillah setelah dievaluasi oleh Kementan, Blora sudah memenuhi target,” ucap Reni Miharti.

Sedangkan untuk hasil panennya, rata-rata di Kabupaten Blora per hektarnya menghasilnya padi 6-7 ton. Khusus di Kecamatan Kedungtuban yang dikenal sebagai lumbung padinya Blora, bisa mencapai 8 ton lebih per hektare. 

Sementara Nurul, salah satu petani di Desa Ketuwan menyampaikan bahwa saat ini para petani di Desa Ketuwan sedang menanam padi varietas inpari 32. Perkiraan panen pada akhir bulan Januari 2020. (Heru/KOM)