Panen Jagung yang Terkendala Jalan



Panen Jagung yang Melimpah Dihargai Rendah
INFOKU, BLORA – Belum terbangunnya infrastruktur jalan di Blora selatan, seperti Kecamatan Randublatung, Kecamatan Jati, Kecamatan Kedungtuban rupanya menjadi problem di lini pertanian, tidak hanya problem mobilisasi warga yang tinggal di daerah tersebut.
Hal itu ditengarai dengan rendahnya harga jagung yang menjadi salah satu komoditas utama bagi warga yang tinggal di kawasan Blora selatan, yang notabene sebagai petani.

Bupati Blora, Djoko Nugroho mengungkapkan, rendahnya harga jagung di Blora selatan selain disebabkan oleh jauhnya dari pusat perokonomian juga disebabkan oleh buruknya infrastruktur yang ada di wilayah tersebut.
Jauhnya dari pusat perekonomian, menyebabkan petani hanya bisa pasrah dalam menjual hasil pertanian dari lahan miliknya.
”Mereka (petani) di sana tidak bisa apa-apa, hanya bisa menunggu tengkulak dengan harga yang tidak layak,” ujar Kokok, sapaan akrab Djoko Nugroho.
Selain itu, belum terbangunnya dengan baik infrastruktur jalan di Blora selatan menyebabkan investor enggan untuk datang ke daerah tersebut.
”Di sana kebanyakan jalan Perhutani. Perhutani tidak membangun. Mau sampai kapan rakyat di sana merasakan kesengsaraan,” ujar Kokok.
Ia juga menjanjikan, yang sebelumnya pernah ia ungkapkan ketika kampanye Pilkada 2015 silam.
Bahwa dirinya akan membangun infrastruktur jalan yang notabene masuk wilayah Perhutani. ”Melihat kondisi seperti itu, petani dengan hasil jagung melimpah namun harganya rendah. Itu sangat menyakitkan, menyakitkan sekali,” tandasnya.
Beberapa waktu silam, Bupati Blora Djoko Nugroho mendatangi langsung lahan jagung dibawah tegakan pohon jati di area hutan milik Perhutani di Kecamatan Jati.
Saat ditemui Bupati para petani mengaku stok jagung memang sedang melimpah. Banyaknya suplai jagung tersebut berpengaruh terhadap harga jual kepada tengkulak.
Suyoto, salah satu petani di Jati mengamini perihal turunnya harga jagung. Menurutnya hal itu disebabkan oleh turunnya melimpahnya jagung di kawasan tersebut. Namun, tengkulak yang datang untuk membeli dengan seenaknya dalam membeli bak api jauh dari panggang.
”Harga jual dari petani Rp 2.200 per kilogram, uang yang kita dapatkan sekitar 4 juta rupiah. Di lahan seluas setengah hektare modal yang kami keluarkan sekitar 2,5 juta rupiah. Itu belum dihitung biaya tenaga kerja, tapi semuanya kami kerjakan sendiri,” pungkas Suyoto.
Caption : Bupati Blora Djoko Nugroho saat memberikan sambutan Musrenbang di aula pertemuan Bappeda Blora.
Baca Model tabloid ....?
Gambar  Klik KANAN pilih Open New Tab atau Buka Tautan Baru